Senin, 13 Mei 2013

Tanda bahaya Nifas

  1. Infeksi Nifas
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 39 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50%  adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
  • Streptococcus haemoliticus aerobik
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
  • Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
  • Escherichia coli
 Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas.
  • Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
 Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
Infeksi Lokal :
1)      Pembengkakan luka episiotomi.
2)      Terjadi penanahan.
3)      Perubahan warna lokal.
4)      Pengeluaran lochia bercampur nanah.
5)      Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
6)      Temperatur badan dapat meningkat.
Infeksi General :
1)      Tampak sakit dan lemah.
2)      Temperatur meningkat diatas 39 oC.
3)      Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
4)      Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
5)      Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
6)      Terjadi gangguan involusi uterus.
7)      Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
Cara Terjadinya Infeksi
  1. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
  2. Alat-alat yang tidak suci hama.
  3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya atau orang lain.
      Karena itu penolong dan petugas kamar bersalin dan kamar operasi diharuskan memakai penutup mulut dan hidung (masker).
  • Infeksi rumah sakit (hospital infection)
Dalam rumah sakit banyak sekali banyak kuman-kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah sakit.
Kuman-kuman ini terbawa oleh udara air, alat-alat, dan benda-benda rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya).
  1. Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali bila ketuban sudah pecah.
  2. Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada partus lama, partus terlantar, ketuban pecah lama, terlalu sering pemeriksaan dalam. Gejalanya adalah demam, dehidrasi, lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban berbau serta berwarna keruh kehijauan. Dapat terjadi amniotis, koriontis, dan bila berlanjut dapat terjadi infeksi janin dan infeksi umum.
  • Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
  1. Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.
  2. Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
  3. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
  4. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan, malnutrisi, preeklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya (jantung, tuberkulosis paru, pneumonia dan lain-lain).
  • Klasifikasi
  1. Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks dan endometrium.
  2. Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui : pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium.
  1. Infeksi yang Terlokalisir di Jalan Lahir
       Biasanya terdapat pada tempat-tempat perlukaan jalan lahir karena tindakan persalinan dan pada bekas insersi plasenta.
  • Vulvitis : luka bekas episiotomi atau robekan perineum yang kena infeksi.
  • Vaginitis : luka karena tindakan persalinan terinfeksi.
  • Servisitis : infeksi pada serviks agak dalam dapat menjalar ke ligamentum latum dan parametrium.
  • Endometritis : infeksi terjadi pada tempat insersi plasenta dan dalam waktu singkat dapat mengenai seluruh endometrium. Kalau tidak diobati dapat menjalar keseluruh tubuh (septikemia). Ibu demam, lokia berbau, dan involusi tidak sempurna (sub-involusi).
  • Septikemia dan Piemia
      Septikemia adalah keadaan di mana kuman-kuman dan atau toksiknya langsung masuk ke dalam  peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
      Piemia dimulai dengan tromboflebitis vena daerah perlukaan yang lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil, dibawa oleh peredaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang di hinggapinya (paru-paru, ginjal, jantung, otak dan sebagainya).
Gambaran klinis dan diagnosis
  • Baik septikemia maupun piemia adalah penyakit berat. Gejala septikemia lebih akut dari piemia, ibu kelihataan sakit dan lemah, suhu badan naik 39-40oC, keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140-160 kali permenit atau lebih, tekanan darah turun bila keadaan umum memburuk, sesak nafas, kesadaran menurun, gelisah.
  •  Pada piemia, dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboflebitis tidak lama postpartum, dan setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum seperti diatas.
  • Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositas, pada kultur darah di jumpai kuman-kuman yang patogen.
  • Prognosis
            Septikemia dan piemia adalah infeksi berat dengan angka kematian yang tinggi, apalagi bila diikuti oleh peritonotis umum. Kadang-kadang walaupun dengan pemberian antibiotik dan upaya yang cukup kematian ibu tidak terhindarkan.
  • Parametritis ( Selulitis Pelvika )
      Parametritis adalah infeksi jaringan ikat pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa jalan :
  1. Dari servisitis atau endometritis yang tersebar melalui pembuluh limfe.
  2. Langsung meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai ke parametrium.
  3. Atau sekunder dari tromboflebitis.
  • Salfingitis ( Salfingo- ooforitis )
      Salfingitis adalah peradangan dari adneksa. Terdiri dari salfingitis akut dan kronik. Diagnosis dan gejala klinis hampir sama dengan parametritis. Bila infeksi berlanjut dapat terjadi piosalfing.
Pencegahan Infeksi Nifas
  • Masa kehamilan
                  Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasiyang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
  •  Masa persalinan
  1. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
  2. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
  3. Jagalah sterilitas kamar bersalian dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
  4. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
  5.  Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi darah.
  • Masa nifas
  1. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
  2. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya di isolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu yang sehat.
  3. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
 Kelainan pada Rahim
  • Sub-involusi uterus
      Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik disebut sub-involusi.
      Faktor-faktor penyebab, antara lain adalah infeksi (endometritis), sisa uri mioma uteri, bekuan-bekuan darah dan sebagainya.
      Pada palpasi uterus teraba masih besar, fundus masih tinggi, lokia masih banyak, dan berbau dan terjadi perdarahan.
      Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap hariditambah dengan ergometrin peroral.. bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan antibiotik sebagai pelindung infeksi.
  • Pendarahan masa nifas sekunder ( Late Puerpural Haemorhage )
Adalah pendarahan yang terjadi setelah lebih dari 24 jam postpartum, dan biasanya terjadi pada minggu kedua nifas. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, mioma uteri dan kelainan uterus.
 Kelainan Lain Dalam Nifas
  • Flegmasia Alba Dolens
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
  1. Terjadi pembengkakan pada tungkai.
  2. Berwarna putih.
  3. Terasa sangat nyeri.
  4. Tampak bendungan pembuluh darah.
  5. Temperatur badan dapat meningkat.
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu daerah yang terkena diistirahatkan, kaki ditinggikan dan diberikan obat-obatan seperti tablet asam asetilsalisilat dan antibiotika.
  •  Nekrosis Hipofisis Lobus Anterior Postpartum
Sindrom sheehan atau nekrosis lobus depan dari hipofisis karena syok akibat perdarahan persalinan. Hipofisis akut berinvolusi setelah persalinan. Karena syok akibat perdarahan yang hebat, pada hipofisis terjadilah nekrosispada pars anterior.
Gejala timbul postpartum : amenorea dan insufiensi hormon pars anterior hipofisis.
 Kelainan pada Payudara
  • Bendungan ASI
Disebabkan oleh pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan. Bila terjadi juga berikan terapi simtomatis untuk sakitnya (analgetika), sebelum menyusukan pengurutan dahulu atau dipompa sehingga sumbatan hilang.
  •  Mastitis dan Abses Mamae
Adalah suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman, terutama staphylococcus aureus melalui luka pada putting susu, atau melalui peredaran darah
Mastitis yang tidak segera diobati akan menyababkan abses payudara yang bisa pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya adalah payudara membesar, keras, nyeri kulit memerah, dan membisul ( abses ), dan akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur dengan air susu.
Penanganan :
  1. Bila terjadi mastitis pada payudara yang sakit penyusuan bayi dihentikan.
  2. Bila terjadi abses lakukan insisi radial sejajar dengan jalan duktus laktiferus. Pasang pipa ( drain ) untuk mngeringkan nanah.
  3. Lokal dilakukan kompres dan pengurutan ringan dan penyokong payudara, bila panas dan nyeri berikan obat-obatan anti panasdan analgetika.
  4. Antibiotik jenis penisillin dengan dosis tinggi dapat membantu.
  •  Galaktokel ( galactocele )
Air susu membeku dan terkumpul pada suatu bagian payudara menyerupai tumor kistik. Terjadi karena sumbatan air susu. Hanya dengan pengurutan dan tekanan ketat pada payudara dapat hilang sendirinya.
 Keadaan abnormal pada psikologis
  • Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan.
Pada 0 – 3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan sulit tidur dimalam hari.
Pada 3 -10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul, biasanya disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya.
Pada 1 – 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar